Kamis, 06 November 2008

Lokasi MAN Wates 1

MAN Wates 1 Kulon Progo berada di jalan Mandung, Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, ± 2 Km arah utara kota kabupaten. Menempati lahan seluas 7.604 M2 tanah hak pakai Departemen Agama. Madarasah ini terletak di pinggiran kota kabupaten dan dekat dengan komplek kecamatan, juga di pinggir jalan kabupaten, mudah dijangkau dengan kendaraan baik pribadi maupun dengan kendaraan umum

Sebelah selatan daerah persawahan, sebelah barat dan utara pegunungan menoreh, sebelah timur pedesaan. Posisinya berada di ketinggian 7,3 m di atas permukaan air laut, jauh dari gunung berapi, juga jauh dari laut. Jauh dari jalur kereta api dan pasar. Situasinya sangat sejuk, sehingga sangat cocok untuk lokasi pengembangan pendidikan, karena daerah aman dari bahaya banjir, longsor, bencana gunung berapi dan tsunami.


MAN Wates 1 Kulon progo didirikan dilokasi ini, disamping tempatnya sangat nyaman dan strategis juga karena bertujuan untuk membentengi berkembangnya misionaris agama non islam, karena di sekitar daerah ini dulunya masih sangat tertinggal tentang siar Syariat Islam.
Selengkapnya......

Sejarah MAN Wates 1

Madrasah Aliyah Negeri Wates 1 Kulon Progo ini dulunya bernama SP. IAIN ( Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri ). Sejak 1 Agustus 1976 berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri Wates Kulon Progo, dengan Surat Keputusan Ditjen Binbaga Islam Depag RI Nomor: KEP/E/KP.01.2/03/76 tanggal 1 Agustus 1976. Setelah berdiri Madrasah Aliyah Negeri yang lain di sekitar Wates, maka MAN Wates berubah nama menjadi MAN Wates 1 Kulon Progo.


Keberadaan MAN Wates 1 Kulon Progo mengalamai pasang surut. Pada awal beroperasi sebagai MAN hanya ada 4 kelas dengan jumlah siswa 140 anak. Puncaknya pada tahun ajaran 1983/1984, siswa yang mendaftar melebihi target dari daya tampung 400 siswa yang mendaftar ada 500 anak, sehingga penyaringan dan selebihnya diarahkan menjadi siswa di Madrasah Aliyah swasta.

Masa surutnya terjadi pada tahun ajaran 1993/1994. jumlah seluruh siswa hanya 97 anak. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan pemerintah yang menganggap lulusan MAN belum siap bersaing di dunia kerja, sehingga semua instansi tidak mau menerima lulusan MAN. Namun berkat kegigihan dari semua pihak jajaran Departemen Agama akhirnya lulusan MAN dapat bersaing, baik di jenjang pendidikan selanjutnya maupun di dunia kerja.
Selengkapnya......